Minggu, 18 Oktober 2015

BIOREP - Hormon-Hormon yang Mempengaruhi Reproduksi pada Perempuan dan Laki-Laki

  • Pengertian Hormon
            Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Hormon adalah melekul yang berfungsi di dalam tubuh sebagai sinyal kimia. Hormon dibebaskan sel-sel khusus yang disebut sel-sel endokrin karena sel-sel tersebut bersekresi ke arah dalam dan berbeda dari sel-sel eksokrin, yang bersekresi ke dalam rongga tubuh atau permukaan tubuh.
Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis).
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus.
  •  Kelenjar yang Menghasilkan Hormon

Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon reproduksi, yakni, Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis.
  
  Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar diatas, antara lain adalah ;
Tabel 1. Kelenjar yang menghasilkan hormon reproduksi
No
Nama Kelenjar
Hormon yang dihasilkan
1
Hipofisa
·      Follicle Stimulating Hormone (FSH)
·      Luteinizing Hormone (LH)
·      Luteotropic Hormone (LTH)
2
Ovarium
·      Estrogen
·      Progesteron
3
Endometrium
·      Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
4
Testis
·      Testosteron

2.3  Macam-Macam Hormon ReproduksiTabel 2. Hormon reproduksi pada manusia
Hormon pada Pria
Hormon pada Wanita
·     Hormon testosteron
·     Hormon gonadotropin
·     Hormon estrogen
·     Hormon pertumbuhan
·      Hormon GnRH (Gonadotropin
 Releasing Hormon)
·      Hormon  FSH
·      Hormon LH
·      Hormon estrogen

  • Hormon pada Pria


1.      Testosteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama meosis untuk membentuk spermatogenesis sekunder.
Dihasilkan oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.
Setelah pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormon testosteron yang disekresikan oleh testis. Sebagian besar testosteron berikatan longggar dengan protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosteron. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat di ubah oleh hati menjadi aldosteron dan dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus menjadi empedu ke dalam urin.
Fungsi testosteron adalah sebagai berikut:
a)   Efek desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan faktor keturunan.
b)   Perkembangan seks primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
2.   Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Lutein Hormon (LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria.
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron. FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma tidak akan terjadi.
Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH. Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa. Oleh karena itu, testosteron disekresikan secara serentak oleh sel intertisial yang berdifusi menuju tubulus seminiferus. Testosteron diperlukan untuk proses pematangan akhir spermatozoa.
3.   Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.
4.   Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis. Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.
  • Hormon pada Wanita

1.      Hormon GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormon)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH/LH).
2.      Hormon FSH (Follicle Stimullating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basa hipofisis anterior, sebagai respon terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria: memicu pematangan sperma di testis). Pelepasannya periodic/pulsatif, waktu paruh eliminasi pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulose ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
Follicle Stimulating Hormone (FSH) : berfungsi Merangsang pematanganØ folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen, mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian)
3.      Hormon LH (Lutinizing Homone)/ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormon)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH,LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan se-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi dipertengahan siklus( LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi siklus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesterone. Pelepasannya juga periodic/pulsatif, kadarnya dalam darah berfariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar satu jam). Kerja sangat cepat dan singkat. (Pada pria: LH memicu sintesis tertosteron di sel-sel leydig testis).
Luteinizing Hormone (LH) : berfungsi mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron, mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi.
4.      Hormon Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka internal folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal mrlalui konfersi hormone androgen. Pada pria diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Estrogen berfungsi untuk merangsang sekresi hormon LH.
Pada uterus: menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks: menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara, juga mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / generasi tulang. Pada wanita pascamenopouse, untuk pencegahan tulang kropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormone estrogen (sintetik) pengganti.
Hormon estrogen berfungsi mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi wanita, saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
5.      Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi. Progesteron untuk menghambat sekresi FSH dan LH.
Hormon progesteron : berfungsi mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yang telah dibuahi, mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu, menjaga penebalan endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlancar produksi laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
6.      HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan.
7.      LTH (Lactotrophic Hormon) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
  •  Siklus Estrus dan Menstruasi

Berbeda dengan laki-laki, wanita hanya mengeluarkan satu sel telur saja, selama waktu tertentu (siklus). Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh hormon. Pada manusia dan primata, siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi, sedangkan pada mamalia lain disebut siklus estrus. Menstruasi dapat diartikan sebagai luruhnya ovum yang tidak dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang terjadi secara periodik. Darah menstruasi sering disertai jaringan-jaringan kecil yang bukan darah. Siklus reproduksi ini umumnya memiliki periode 28 hari hingga satu bulan, oleh krena itu disebut mens (berasal dari bahasa latin, menses yang arinya bulan).
Siklus estrus merupakan suatu perilaku seksual yang agresif dari hewan betina pada saat terjadi ovulasi. Estrus ini merupakan peristiwa yang paling menonjol dari siklus reproduksi mamalia selain manusia dan primata. Oleh karena itu, siklus reproduksinya disebut siklus estrus.
Tabel 3. Perbedaan siklus estrus dan menstruasi
Siklus Estrus
Siklus Menstruasi
·      Tidak terjadi pembuahan maka endometrim akan dikeluarkan bersama darah.
·      Siklus menstruasi wanita umumnya 28 hari sekali.
·      Tidak terjadi pendarahan karena endometrium diserap (reabsorpsi) oleh uterus.
·      Siklus estrus pada tikus hanya 5 hari sekali.
Selama ovulasi, kandungan estrogen tinggi, sehingga lendir pada serviks tipis. Keadaan itu melancarkan sperma untuk bergerak dari vagina ke uterus. Setelah ovulasi, kandungan progesteron meningkat, dan lendir serviks menebal dan lengket. Lendir itu akan menghalangi jalan masuk sperma ke uterus.
  • Fase Siklus Menstrusi

Siklus menstruasi pada wanita terdiri dari tiga fase, yaitu fase aliran menstruasi, fase proliferasi dan sekresi.
1.      Fase aliran menstruasi
Tahap ini berlangsung selama 4-6 hari dalam satu siklus. Oleh karena hormon estrogen dan progesteron berhenti dikeluarkan, maka endometrium mengalami degenerasi. Darah, mukus dan sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus ke vagina. Dengan menurun dan hilanganya progesteron dan estrogen, FSH aktif di produksi lagi dan siklus dimulai kembali.
2.      Fase proliferasi
Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen maka disebut juga “fase estrogenik”. Fase ini dimulai pada hari ke-5 sampai hari ke-14  dari siklus.
Setiap bulan setelah haid, hipofisis menskresikan FSH. Ormon ini berpengarauh terhadap proses pertumbuhan dan pematangan ovum dan folikel Graaf. Selama pertumbuhan folikel menjadi folikel graaf terjadi proses pembentukan dan pengeluaran hormon estrogen. Estroge berfungsi untuk membangan edometrium sehingga endometrium rahim menebal hingga 5-7 cm. Selain itu, estrogen juga mempengaruhi kelenjar serviks untuk menghasilkan cairan encer.
Adanya estrogen akan menghambat pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Pada tahap akhir, dengan pecahnya folikel graaf, ovum perlepas dan terlempar keluar disebut ovulasi, kira-kira hari ke-14 dari suatu siklus.
3.      Fase sekresi (fase progesteron)
Fase ini terjadi pada hari ke 14-28 dari siklus. Folikel graaf yang pecah pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum (badan kuning). Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron.
Selama fase sekresi, endometrim terus menebal. Arteri-arteri mebesar, dan kelenjar endometrium tumbuh. Perubahan endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum sesudah ovulasi. Jika tidak ada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan sampai hilang.