WATAMPONE - Seorang bayi bernama Muhammad Syukrillah Amin yang masih berumur 10 hari mendapatkan perawatan intensif di ruang NICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Watampone lantaran suntikan berupa imuninasi yang diberikan oleh Bidan Desa bernama Dokter Eka yang bertugas di Desa Tawaroe Kecamatan Dua Boccoe menyebabkan bayi tersebut mengalami pendarahan dan kejang-kejang.
Peristiwa diduga malpraktik itu terjadi seminggu lalu namun baru diketahui publik kemarin lantaran pihak orang tua pasangan suami istri Muhammad Amin dan Marwah yang kecewa terhadap oknum dokter yang telah membuat bayinya masuk rumah sakit.
Ibu kandung Muhammad Syukrillah Amin, Marwah, mengatakan saat melahirkan malam Jumat pekan lalu, keesokan harinya bidan dokter di desanya yang juga melahirkan bayinya dirumah di Desa Tawaroe Kecamatan Dua Boccoe menyuntikkan imunisasi pertama di paha kaki kanannya. Setelah disuntik, beberapa jam kemudian bayi tersebut mengalami gejala kejang-kejang, muka pucat serta pendarahan selama satu hari di paha kanan bekas suntiknya. Melihat kondisi tak lazim pada bayi yang dilahirkan sehari itu, akhirnya membawanya ke Rumah Sakit Umum.
"Seandainya saya tidak bawa ke rumah sakit, anak saya pasti tidak selamat. Saya kecewa sekali sama dokternya karena tidak biasanya kondisi anak saya terjadi pada penyuntikan imunisasi anak lain dan saya curiga kalau anak saya salah suntik," keluh Marwah kepada wartawan Minggu, (10/3/2013).
Kendati demikian, Marwah mengatakan kalau selama perawatan delapan hari di RSUD Tenriawaru Watampone kondisi bayinya sudah agak membaik. Meski demikian jika dirinya trauma dengan bidan desa yang bertugas di desanya jika kelak memeriksakan anaknya kembali.
Bidan desa Dr Eka saat dikonfirmasi membantah jika telah melakukan mal praktik dan salah suntik. Menurutnya, pada bayi tersebut terdapat gejala-gejala yang tidak sehat dan memiliki kelainan. Hingga penyuntikan imunisasi kepada bayi itu berdampak komplikasi.
"Itu bukan mal praktik dan kami lakukan sudah sesuai dengan aturan. Jika mau tahu lebih lanjut kita hubungi dokter yang lain," kata Eka saat dihubungi melalui via ponselnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, Dr HA Alimuddin saat dihubungi SINDO belum mengetahui peristiwa tersebut. Namun, dia berjanji akan memanggil dokter yang bersangkutan untuk melapor apakah betul yang dilakukannya atau tidak hingga pihaknya akan mempelajarinya sebelum menjatuhkan sanksi.
Senin, 07 Maret 2016
Pantat Yeni Membusuk Setelah Disuntik KB
SUBANG, (PRLM).- Gara-hara disuntik KB, pantat Yeni Nurhayati (22), warga Desa/Kec. Sagalaherang, Subang, membusuk hingga mengeluarkan aroma tak sedap. Untuk menyembuhkan penyakitnya itu, Yeni terpaksa mengalami pengobatan rawat inap di RSUD Ciereng.
Penyakit yang diderita Yeni diduga merupakan hasil malpraktik seorang bidan yang bertugas di Puskesmas Kecamatan Sagaleharang. "Bagian pantat yang kena jarum suntik menjadi busuk, berdarah dan bernanah," kata orang tua korban, Toto, di rumah sakit Ciereng, Jumat (1/4).
Menurut dia, luka yang diderita Yeni berawal ketika anaknya datang ke Puskesmas Sagalaherang untuk ber-KB. Saat itu Yeni dianjurkan memakai kontrasepsi suntik.
Namun, beberapa hari setelah disuntik, pantat yang terkena suntikan menjadi luka dan lukanya terus melebar. Sayangnya, Toto tidak ingat nama bidan yang menyuntik anaknya tersebut.
Setelah kejadian itu, lanjut Toto, bidan yang menyuntik Yeni tidak pernah masuk kerja lagi. Padahal, Toto sudah meminta pertanggungjawaban kepada pihak Puskesmas. "Tapi tak direspon sama sekali. Akhirnya kami bawa berobat ke rumah sakit dengan biaya sendiri," ujar Toto.
Dalam kesempatan itu, Toto berharap ada perhatian dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Subang. Dia juga menginginkan agar Dinkes turun tangan untuk menyelesikan kasus dugaan malpraktik yang menimpa anaknya dan membiayai seluruh biaya rawat inap Yeni.
Ketika hal itu dikonfirmasikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Wawan Setiawan mengaku baru mendapatkan laporan lisan dari orang tua korban. Namun, Wawan berjanji akan menerjunkan tim investigasi ke Puskesmas Sagalaherang, Senin (4/4) mendatang. "Tim akan bekerja apakah terjadi malpraktik atau bukan," kata Wawan.
Dikatakan, jika luka yang diderita Yeni benar-benar akibat malpraktik, maka bidan yang melakukannya pasti akan terkena sanksi kode etik kebidanan. Wawan juga berjanji akan mendanai seluruh biaya pengobatan dan biaya rawat inap selama Yeni dirawat di rumah sakit. "Kami akan bertanggung jawab penuh," kata dia. (A-106/das)***
Istri Meninggal Usai Melahirkan, Suami Polisikan Bidan
SIANTAR-Ando Sihombing (35) tidak merelakan kematian istrinya, Ranimawarni Turnip (30) usai melahirkan anak keempat mereka. Pasalnya, resiko kematian bisa dicegah kalau saja Bidan R Manarung yang menangani persalinan itu, tidak mewakilkan penanganan itu kepada anggota dan putrinya sendiri. Curiga terjadi malprkatik, warga Rantau Prapat, Labuhan Batu ini lantas melaporkannya ke pihak yang berwajib, Selasa (20/12).
Disela-sela acara Adat jelang pengebumian korban di rumah duka, Jalan AMD Kelurahan Naga Pita, Siantar Martoba, Ando tampak shok seraya memandangi wajah istrinya yang terbaring kaku didalam peti. Ketika ditemui, mengaku harus meminta pertanggungjawaban R Manurung, selaku bidan yang menangani persalinan istrinya. "Kesal kali aku lae, bisanya dia selamat kalau saja bidan itu tidak menyerahkan penanganan kepada anak dan anggotanya," ujarnya seraya mengarahkan konfirmasi lanjut kepada kakak iparnya, Rina br Turnip (44).
Dikatakan Rina, saat itu persinya Minggu (18/12) sekira pukul 10.00 WIB, adiknya mengaku sudah merasakan sakit pada bagian perut hingga berpikir sudah saat nya untuk melahirkan sang bayi. Sesuai rencana, korban langsung dibawa ke rumah R Manurung di Jalan Medan, Kelurahan Naga Pita, Siantar Martoba atau 2 KM dari rumah orangtuanya (rumah duka, red). Saat itu, Rina ditemani suami korban serta adik kandungnya, Saut Maruli Turnip (26) ke kerumah bidan tersebut.
Setelah ditangani, sang bidan berprediksi kalau kelahiran ditaksi sekitar pukul 16.00 WIB. Sehingga menyarankan korban termasuk suaminya untuk berjalan-jalan disekitar rumah yang sekaligus tempat ruang praktik persalinan. Belum merasa ada kekhawatiran saat itu, namun sekitar pukul 14.00 WIB, korban merasakan sakit lagi dibagian kemaluannya. Namun sang bidan malah keluar pamitan untuk menghadiri undangan pesta pernikahan.
Tanpa ada komando, Delvi br Sitorus (28) yang mengaku anak dari R Br Manurung bersama seorang perawat, langsung menangani korban. Baru hitungan detik memeriksa, Delvi memberitahu bahwa saatnya Ranimawarni melahirkan. Hal itu diketahuinya karena titik bukaan sudah tujuh. Selanjutnya meminta kepada Rani maupun suami korban untuk memberi ruang kepada kedua wanita tersebut menangani proses persalinan.
Hasilnya, masih hitungan sekali "Ngeden" sang jabang bayi berjenis klamin laki-laki itu, berhasil keluar dari rahim korban. Bahkan berat badan bayi mencapai 4 Kg dengan panjang 45 Cm. Rani dan suami yang sejak tadi memberi semangat pada korban, sempat mengingatkan kalau darah masih tetap keluar dari kemaluan korban. Tapi kedua gadis tersebut mengatakan kalau hal itu sudah biasa.
Meski begitu, Delvi memerintahkan perawat tadi untuk mengeluarkan ari-ari korban. Namun lebih dari setengah jam, ari-ari tersebut tak kunjung keluar meski perawat yang identitasnya sengaja dirahasiakan keluarga R Manurung itu sudah menekan perut korban berulang-ulang. Bukannya ari-ari, tapi darah tetap saja mengalir. "Biasanya itu kak, tadi dia (Ranimawarni, red) saat melahirkan buang air seni jadi deras dia keluarnya," ujar Rina menirukan perkataan Delvi saat itu.
Begitu sudah keluar, Delvi kembali memerintahkan perawat tadi untuk menjahit kemaluan korban. Bahkan proses itu, Delvi masih tetap mengarahkan. Sehingga menurut Rina dan Ando, korban dijadikan objek praktek. Sebab selama menjahit itu, perawat tadi masih meraba dan tampak jelas masih sangat ragu-ragu.
Masih keterangan Rina, satu jam setelah persalinan dianggap selesai, korban tiba-tiba saja mengeluhkan rasa sakit dan perih pada bagian rahim dan kemaluannya. Bahkan beberapa kali terucap, kalau korban lebih baik mati daripada menahan sakit itu. Jeritan itu membuat suaminya, dan Rina bingung apalagi, R br Manurung masih belum saja kembali. Walaupun mereka meminta Delvi untuk menghubungi ibunya, justru kembali beralasan, rasa perih itu masih biasa kepada orang yang baru melahirkan.
Bingung bercampur takut karena jeritan korban tidak henti-hentinya, Rina lantas menawarkan agar adiknya itu dibawa ke rumahsakit. Tapi Delvi menjawab dingin seolah keberatan dibawa kerumahsakit. Sebelum dibawa, R br Manurung akhirnya tiba dirumah. Namun tidak banyak berbuat dan hanya memeriksa kembali keadaan Ranimawarni serta bayinya.
Karena jeritan kesakitan tetap saja keluar dari mulut korban, membuat Saut Maruli Tua Turnip (26) iba dan langsung berinisiatif membawa kakaknya ke rumahsakit dengan menumpang angkot. Begitupun, bidan tersebut enggan memberi ijin karena tetap ngotot kalau kondisi korban tidak apa-apa.
Tapi naas, sekitar pukul 17.45 WIB sebelum tiba di rumahsakit Horas Insani Pematangsiantar, korban meninggal dalam perjalanan. Hal itu diketahui setelah dokter rumahsakit memvonis, kalau korban sudah tidak bernyawa. Alangkah terkejutnya Rina, Ando dan Saut, sebab korban masih sempat bercerita didalam angkot. Diiringi kepedihan mendalam, korban dibawa pulang kerumah orang tua Ando di Jalan AMD tadi. Sedangkan bayi tersebut masih berada dirumah bidan R br Manurung.
Keluarga yang menyesalkan kejadian itu, mengarahkan kesalahan pada R br Manurung yang membiarkan Delvi dan perawat itu menangani persalinan. Anggapan Rina, Ando dan Saut kalau kedua wanita itu masih meraba. Apalagi diketahui kalai Delvi bukan berlatar pendidikan kesehatan maupu kebidanan. Sedangkan perwat tadi masih berstatus sekolah. Hasil perembukan keluarga, persoalan itupun dibawa ke pihak yang berwajib.
Oleh Polre Pematangsiantar unit Reskrim dan UPPA setelah menerima laproan Ando, Selasa (20/12) sekitar pukul 11.00 WIB langsung mendatangi rumah R br Manurung. Sayangnya petugas tidak mengijinkan peliputan dirumah tersebut. Vahkan R Br Manurung enggan menemui wartawan dan memilih diam dikamar.
Kasubag Humas Polres Pematangsiantar, AKP Altur Pasaribu menanggapi kalau pihaknya masih tahap penyelidikan dan membantah kalau kedatangan personilnya ke rumah R br Manurung bukan untuk mengamankan namun untuk mengorek keterangan. Pihaknya juga sudah melempar beberapa pertanyaan kepada Delvi dan perawat yang menangani persalinan korban. "Hasilnya kita tunggu saj," ujarnya seraya mengatakan, kalau R br Manurung dalam laporan itu masih diduga melakukan malpraktek.
Disela-sela acara Adat jelang pengebumian korban di rumah duka, Jalan AMD Kelurahan Naga Pita, Siantar Martoba, Ando tampak shok seraya memandangi wajah istrinya yang terbaring kaku didalam peti. Ketika ditemui, mengaku harus meminta pertanggungjawaban R Manurung, selaku bidan yang menangani persalinan istrinya. "Kesal kali aku lae, bisanya dia selamat kalau saja bidan itu tidak menyerahkan penanganan kepada anak dan anggotanya," ujarnya seraya mengarahkan konfirmasi lanjut kepada kakak iparnya, Rina br Turnip (44).
Dikatakan Rina, saat itu persinya Minggu (18/12) sekira pukul 10.00 WIB, adiknya mengaku sudah merasakan sakit pada bagian perut hingga berpikir sudah saat nya untuk melahirkan sang bayi. Sesuai rencana, korban langsung dibawa ke rumah R Manurung di Jalan Medan, Kelurahan Naga Pita, Siantar Martoba atau 2 KM dari rumah orangtuanya (rumah duka, red). Saat itu, Rina ditemani suami korban serta adik kandungnya, Saut Maruli Turnip (26) ke kerumah bidan tersebut.
Setelah ditangani, sang bidan berprediksi kalau kelahiran ditaksi sekitar pukul 16.00 WIB. Sehingga menyarankan korban termasuk suaminya untuk berjalan-jalan disekitar rumah yang sekaligus tempat ruang praktik persalinan. Belum merasa ada kekhawatiran saat itu, namun sekitar pukul 14.00 WIB, korban merasakan sakit lagi dibagian kemaluannya. Namun sang bidan malah keluar pamitan untuk menghadiri undangan pesta pernikahan.
Tanpa ada komando, Delvi br Sitorus (28) yang mengaku anak dari R Br Manurung bersama seorang perawat, langsung menangani korban. Baru hitungan detik memeriksa, Delvi memberitahu bahwa saatnya Ranimawarni melahirkan. Hal itu diketahuinya karena titik bukaan sudah tujuh. Selanjutnya meminta kepada Rani maupun suami korban untuk memberi ruang kepada kedua wanita tersebut menangani proses persalinan.
Hasilnya, masih hitungan sekali "Ngeden" sang jabang bayi berjenis klamin laki-laki itu, berhasil keluar dari rahim korban. Bahkan berat badan bayi mencapai 4 Kg dengan panjang 45 Cm. Rani dan suami yang sejak tadi memberi semangat pada korban, sempat mengingatkan kalau darah masih tetap keluar dari kemaluan korban. Tapi kedua gadis tersebut mengatakan kalau hal itu sudah biasa.
Meski begitu, Delvi memerintahkan perawat tadi untuk mengeluarkan ari-ari korban. Namun lebih dari setengah jam, ari-ari tersebut tak kunjung keluar meski perawat yang identitasnya sengaja dirahasiakan keluarga R Manurung itu sudah menekan perut korban berulang-ulang. Bukannya ari-ari, tapi darah tetap saja mengalir. "Biasanya itu kak, tadi dia (Ranimawarni, red) saat melahirkan buang air seni jadi deras dia keluarnya," ujar Rina menirukan perkataan Delvi saat itu.
Begitu sudah keluar, Delvi kembali memerintahkan perawat tadi untuk menjahit kemaluan korban. Bahkan proses itu, Delvi masih tetap mengarahkan. Sehingga menurut Rina dan Ando, korban dijadikan objek praktek. Sebab selama menjahit itu, perawat tadi masih meraba dan tampak jelas masih sangat ragu-ragu.
Masih keterangan Rina, satu jam setelah persalinan dianggap selesai, korban tiba-tiba saja mengeluhkan rasa sakit dan perih pada bagian rahim dan kemaluannya. Bahkan beberapa kali terucap, kalau korban lebih baik mati daripada menahan sakit itu. Jeritan itu membuat suaminya, dan Rina bingung apalagi, R br Manurung masih belum saja kembali. Walaupun mereka meminta Delvi untuk menghubungi ibunya, justru kembali beralasan, rasa perih itu masih biasa kepada orang yang baru melahirkan.
Bingung bercampur takut karena jeritan korban tidak henti-hentinya, Rina lantas menawarkan agar adiknya itu dibawa ke rumahsakit. Tapi Delvi menjawab dingin seolah keberatan dibawa kerumahsakit. Sebelum dibawa, R br Manurung akhirnya tiba dirumah. Namun tidak banyak berbuat dan hanya memeriksa kembali keadaan Ranimawarni serta bayinya.
Karena jeritan kesakitan tetap saja keluar dari mulut korban, membuat Saut Maruli Tua Turnip (26) iba dan langsung berinisiatif membawa kakaknya ke rumahsakit dengan menumpang angkot. Begitupun, bidan tersebut enggan memberi ijin karena tetap ngotot kalau kondisi korban tidak apa-apa.
Tapi naas, sekitar pukul 17.45 WIB sebelum tiba di rumahsakit Horas Insani Pematangsiantar, korban meninggal dalam perjalanan. Hal itu diketahui setelah dokter rumahsakit memvonis, kalau korban sudah tidak bernyawa. Alangkah terkejutnya Rina, Ando dan Saut, sebab korban masih sempat bercerita didalam angkot. Diiringi kepedihan mendalam, korban dibawa pulang kerumah orang tua Ando di Jalan AMD tadi. Sedangkan bayi tersebut masih berada dirumah bidan R br Manurung.
Keluarga yang menyesalkan kejadian itu, mengarahkan kesalahan pada R br Manurung yang membiarkan Delvi dan perawat itu menangani persalinan. Anggapan Rina, Ando dan Saut kalau kedua wanita itu masih meraba. Apalagi diketahui kalai Delvi bukan berlatar pendidikan kesehatan maupu kebidanan. Sedangkan perwat tadi masih berstatus sekolah. Hasil perembukan keluarga, persoalan itupun dibawa ke pihak yang berwajib.
Oleh Polre Pematangsiantar unit Reskrim dan UPPA setelah menerima laproan Ando, Selasa (20/12) sekitar pukul 11.00 WIB langsung mendatangi rumah R br Manurung. Sayangnya petugas tidak mengijinkan peliputan dirumah tersebut. Vahkan R Br Manurung enggan menemui wartawan dan memilih diam dikamar.
Kasubag Humas Polres Pematangsiantar, AKP Altur Pasaribu menanggapi kalau pihaknya masih tahap penyelidikan dan membantah kalau kedatangan personilnya ke rumah R br Manurung bukan untuk mengamankan namun untuk mengorek keterangan. Pihaknya juga sudah melempar beberapa pertanyaan kepada Delvi dan perawat yang menangani persalinan korban. "Hasilnya kita tunggu saj," ujarnya seraya mengatakan, kalau R br Manurung dalam laporan itu masih diduga melakukan malpraktek.
Bidan Desa P. Waysindi Diduga Malpraktek
REALITA NUSANTARA – ONLINE. LAMBAR
Lambar, Sergap – Pemerintah mengupayakan program kesehatan yang prima bagi seluruh masyarakat. Tapi, sejauh ini program masih tersendat artinya belum dilaksanakan secara baik oleh petugas kesehatan di lapangan. Seperti yang terjadi di Pekon Waysindi Kecamatan Karyapenggawa, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) yang disinyalir telah melakukan malpraktek yang dilakukan oleh Bidan Desa Lidia Mispita terhadap Marisa Febiola yang berusia 3 bulan. Akibat kecerobohan dan tidak ketelitiannya dalam menangani pasien berusia 3 bulan itu, meninggal dunia.
Menurut keluarga yang ditemui Sergap di kediamannya, mengungkapkan kronologis kejadian, yakni pada hari Kamis (23/5) pihak Puskesmas mengadakan kegiatan pemeriksaan kesehatan Balita di Posyandu Balai Pekon, yang ditangani bidan.
Ketika itu Bidan Lidia Maspita memasukkan vaksin ke tubuh pasien Marisa melalui suntikan pada paha kiri. Pada sore harinya bekas suntikan tersebut mengalami pembengkakkan dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi Marisa. Sejak pembengkakkan itu, Marisa tidak henti-hentinya menangis karena menahan rasa sakit yang ia alami. Tak hanya itu, bahkan bekas suntikan itu mengeluarkan darah segar yang tiada henti-hentinya dan pembengkakkan itu merata ke seluruh kaki sebelah kiri.
Upaya yang dilakukan pihak keluarga pada saat itu tepatnya hari Jum’at, mereka telah memanggil bidan Lidia untuk mengecek atau melakukan penanggulangan atas derita yang dialami pasien Marisa. Akan tetapi bidan Lidia tidak segera datang untuk memeriksa pasien Marisa, bahkan bidan itu sempat berkata bahwa ia akan datang. Hingga menjelang sorenya bidan itu ditunggu-tunggu tidak kunjung tiba, bahkan si bidan malah mengutus pembantu rumah tangganya untuk menanyakan apakah pasien masih mengalami pendaharan atau tidak lagi. Sore itu, pihak keluarga pasien menambahkan, pendarahan yang dialami Marisa telah berhenti.
Keesokan harinya, Sabtu, bidan baru menjenguk pasien di kediamannya karena pasien mengalami pendarahan kembali dan terus menangis. Pada akhirnya bidan itu memberikan obat yang dibawa dari puskesmas.
Diakui pihak keluarga setelah diberi obat yang dibawa bidan itu, tangis anaknya agak berkurang, tapi tidak mengurangi panasnya suhu paha sebelah kiri dan tidak mengurangi kejang-kejang pada kaki kirinya. Minggu pukul 03 dini hari, Marisa akhirnya meninggal dunia. Kuat dugaan anak tersebut mengalami infeksi disebabkan karena kelalaian dan ketidakcermatan si bidan dalam menangani pasien karena dimana ada sebab disitu ada akibat.
Dikonfirmasi Sergap di kediamannya (26/5), Bidan Lidia Maspita mengatakan dirinya tidak ada wewenang untuk memberikan keterangan mengenai hal itu, sebab semuanya telah ia kuasakan terhadap pimpinannya.
“Saya tidak berhak memberikan penjelasan atas masalah ini, sebaiknya saudara menemui Kepala Puskesmas saja,” katanya.
Sedangkan Kepala Puskesmas, dr. Edwin H. Ma’as disela kesibukannya mengungkapkan bahwa permasalahan itu telah ia laporkan ke dinas terkait, dan mereka segera akan turun untuk mengecek kebenaran dan penyebab dari peritiwa itu.
“Ini masalah kedinasan, jadi saya harus melaporkan kejadian tersebut secepatnya serta dirinya tidak memihak kepada siapa-siapa,” tutur Edwin.
“Ini masalah kedinasan, jadi saya harus melaporkan kejadian tersebut secepatnya serta dirinya tidak memihak kepada siapa-siapa,” tutur Edwin.
Selanjutnya imbuh Edwin, kemungkinan ada beberapa faktor masalah yang menyebabkan tentang tragedi itu. Pertama, mungkin masalah obat yang diberikan, apakah obat itu terlalu keras dengan kata lain dosisnya terlalu tinggi sehingga menimbulkan pembengkakkan. Kedua, mungkin apakah anaknya mengidap penyakit tertentu dan ketiga hal itu perlu diteliti.
Saat disinggung Sergap tentang versi kronologis dari pihak Puskesmas, Edwin menambahkan pihaknya tidak bisa memberikan penjelasan yang pasti, sebab hal itu sedang dilakukan pedalaman tentang keterangan si bidan itu sendiri. Oleh karena itu pihaknya bukan tidak mau memberikan pernyataan.
“Nanti akan dicocokkan keterangan dari pihak keluarga yang bersangkutan dengan keterangan dari bidan itu sendiri, nanti juga kelihatan benang merahnya antara yang jujur dengan yang tidak jujur, kita tunggu saja,” ungkapnya (budi)***
Kamis, 04 Februari 2016
ANATOMI PANGGUL
Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu :
Ø Bagian keras yang dibentuk oleh tulang
Ø Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamenta
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :
§ Pelvis mayor
Mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas dll
§ Pelvis minor
Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina, kandung kemih, dll
TULANG-TULANG YANG MENYUSUN PANGGUL
Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu :
a) 2 buah tulang pangkal aha ( os coxae )
b) 1 buah tulang kelangkang (os sacrum)
c) 1 buah tulang tungging (os coccygis)
A. TULANG PANGKAL PAHA (OS COXAE)
Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain.
Batas os coxae dari articulatio sakroiliaka sampai pertengahan pubis.
Ketiga tulang itu ialah :
Tulang usus ( os illium)
Tulang duduk ( os ischium)
Tulang kemaluan ( os pubis )
v TULANG USUS ( OS ILLIUM )
Os illium terletak dari articulatio sakroilliaka sampai pinggir atas acetabulum.
Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut CRISTA ILLIACA
Ujung depan maupun belakang dari crista illiaka menonjol terdiri atas 4 spina yaitu :
§ Spina illiaka anterior superior (SIAS)
§ Spina illiaka anterior inferior (SIAI)
§ Spina illiaka posterior superior (SIPS)
§ Spina illiaka posterior inferior (SIPI)
Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik yang disebutINCISURA ISCHIADIKA MAYOR
v TULANG DUDUK (OS ISCHIUM)
Os ischium terletak dari foramen obsturatorium sampai pada pinggir atas acetabulum.
Tonjolan yang ada pada ischium yaitu SPINA ISCHIADICA
Tulang yang tebal yang menyangga berat badan pada saat duduk adalah TUBER ISCHADICUM
Bagian yang cekung besar sebelah atas disebut inchisura isciadica mayor.
Bagian yang cekung kecil sebelah bawah disebut inchisura ischiadica minor.
v TULANG KEMALUAN KEMALUAN ( OS PUBIS )
Tulang yang membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul dinamakan FORAMEN OBTURATORIUM
Bagian atas yang menonjol pada os pubis dinamakan RAMUS SUPERIOR, cekungannya dinamakan LINEA INOMINATA atau LINEA TERMINALIS.
Pertemuan kedua ramus superior dinamakan tepi atas simfisis.
Pada bagian bawahnya dinamakan RAMUS INFERIOR, pertemuan antara ramus inferior membentuk tepi bawah simfisis.
Pada ramus inferior membentuk sudut yang disebut ARCUS PUBIS yang sudutnya tidak boleh kurang dari 90 derajat.
B. TULANG KELANGKANG ( OS SACRUM )
Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar di atas dan meruncing ke bawah.
Batas-batas dari os sacrum yaitu :
Ø Articulatio sakro illiaca ( batas kanan dan kiri )
Ø Prosesus lumbal ke 5 ( batas belakang atas )
Ø Coccygis ( batas bawah )
Ø Promontorium ( batas depan atas )
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk saat melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan PROMONTORIUM.
Pada bagian anterior memanjng sampai illium dinamakan sayap sacrum.
Lubang yang terdapat pada bagian depan dinamakan FORAMINA SACRALIA ANTERIORA.
Lubang yang terdapat pada bagian belakang dinamakan FORAMINA SACRALIA POSTERIORA.
Pada vertebra terdapat bagian yang berduri yang dinamakan KRISTA SAKRALIA.
Pada bagian samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal paha dengan perantara articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang tungging.
C. TULANG TUNGGING ( OS COCCYGIS )
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu.
Pada persalinan ujung tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah panggul bertambah besar.
Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi lebar dari ukuran panggul dalam.
JARINGAN LUNAK PANGGUL
Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah, yang menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul dan disebut DIAFRAGMA PELVIS.
Diafragma pelvis dari dalam ke luar terdiri atas :
a. Pars muscularis yaitu m.levator ani
b. Pars membranacea yaitu diafragma urogenitale
a. Musculus levator ani
Terdiri atas 3 bagian, dari depan ke belakang dapat dikenal :
· Musc. Pubo coccygeus dari os pubis ke septum anococcygeus.
· Musc. Ilio coccygeus dari arcus tendineus m.levator ani ke os coccygis dan septum anococcygeus.
· Musc. (ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir sacrum dan coccygis.
b. Antara m.pubo coccygeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalis yang tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitale.
DAERAH PERINIUM
Merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terdiri dari 2 bagian yaitu :
Ø Regio analis di sebelah belakang
Terdapat m.sphincter ani externus yang mengelilingi anus
Ø Regio urogenitalis
Terdapat :
o M. Bulbo cavenosus, yang mengelilingi vulva
o M. Ischio cavernosus
o M. Transversus perinei superficialis
BENTUK-BENTUK PANGGUL
PANGGUL GYNECOID
Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
PANGGUL ANDROID
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter transversa dekat dengan sakrum. Pada wanitaditemukan 15%.
PANGGUL ANTHROPOID
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita
PANGGUL PLATYPELOID
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.
SUMBU PANGGUL
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan pusat-pusat dari beberapa bidang di dalam panggul berupa garis lurus di bagian atas sampai suatu titik sedikit di atas spina ischiadika dan kemudian melengkung ke depan di daerah PBP.
Sumbu jalan lahir sedikit berbeda dari sumbu anatomis. Bagian atas dari jalan lahir merupakan silinder yang lurus tapi ujung bawahnya melengkung ke depan, ditentukan oleh perubahan dasar panggul karena desakan bagian depan anak.
INCLINATIO PELVIS
Inclinatio pelvis adalah sudut antara PAP dengan bidang sejajar pada wanitaberdiri. Sudut ini sebesar 55 derajat. Besar dan kecilnya dapat mempengaruhiproses persalinan.
BIDANG-BIDANG PANGGUL
v PINTU ATAS PANGGUL
Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil.
Bentuknya bulatan oval dengan panjang kesamping dan dibatasi oleh :
Promontorium
Sayap sacrum
Linea terminalis
Ramus superior
Pinggir atas symphysis
Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP
1. Ukuran muka belakang (diameter antero posterior, conjugata vera )
2. Ukuran melintang (diameter tranversal )
3. Kedua ukuran serong ( diameter obliqua )
1) Ukuran muka belakang
Dari promontorium ke pinggir atas symphysis, dikenal dengan nama conjugata vera dengan ukuran 11 cm.
Pada wanita hidup conjugata vera tak dapat diukur dengan langsung, tapi dapat diperhitungkan dari conjugata diagonalis (dari promontorium ke pinggir bawah symphysis)
2) Ukuran melintang
Adalah ukuran terbesar antara linea terminalis kanan dan kiri dengan jarak kurang lebih 13,5 cm
3) Ukuran serong
Dari articulatio sacroilliaka ke tuberpubikum dari belahan panggul yang bertentangan, dengan jarak kurang lebih 13 cm.
v BIDANG LUAS PANGGUL
Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terbesar.
Bidang luas panggul terbentang antara pertengahan symphysis, pertengahan acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III
Ukuran muka belakang 12,75 cm, dan ukuran melintang 12,5 cm.
Bidang ini tidak menimbulkan kesukaran dalam persalinan.
v BIDANG SEMPIT PANGGUL
Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terkecil.
Bidang sempit panggul terdapat setinggi pinggir bawah symphysis, kedua spina ischiadicae dan memotong sacrum krang lebih 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Bidang ini paling sulit penilaiannya karena ukurannya paling kecil, dan sulit mengukurnya.
Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan bidang sempit panggul.
v PINTU BAWAH PANGGUL
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama, ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan.
Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os sacrum sedangkan segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis.
Pada pintu bawah panggul biasanya ditentukan oleh 3 ukuran yaitu :
1. Ukuran muka belakang
Dari pinggir bawah symphysis ke ujung sacrum (11,5 cm)
2. Ukuran melintang
Ukuran antara tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah dalam (10,5cm)
3. Diameter sagitalis posterior
Dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang (7,5cm)
v BIDANG HODGE
Bidang hodge untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak itu turun ke dalam rongga panggul.
Bidang hodge antara lain :
§ Hodge I
Ialah setinggi pintu atas panggul
§ Hodge II
Sejajar dengan hodge I setinggi tepi bawah symphisis
§ Hodge III
Sejajar dengan hodge I setinggi spina ischiadica
§ Hodge IV
Sejajar dengan hodge I setinggi ujung os coccygis
UKURAN-UKURAN PANGGUL
v UKURAN DALAM PANGGUL
· Conjugata vera yaitu perbatasan dari tepi atas symphysis sampai ke promontorium, tidak dapat diukur secara klinis ( kurang lebih 11 cm )
· Conjugata diagonalis yaitu tepi bawah symphysis sampai ke promontorium (kurang lebih 12-13 cm)
Cara mengukur conjugata diagonalis
ü Dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavitas dari sacrum, jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat meraba promontorium.
ü Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah symphysis dan tempat ini ditandai dengan kuku jari telunjuk tangan kiri.
· Diameter oblique (menyilang) yaitu articulatio saccroilliaka sampai tuber pubicum (12,5 cm)
· Diameter tranversal adalah jarak antara linea terminalis kiri dan kanan (13,5 cm )
v UKURAN LUAR PANGGUL
ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak. Walaupun begitu ukuran luar panggul dapat memberi petunjuk akan kemungkinan panggul sempit.
Ukuran-ukuran luar panggul yaitu :
· Distania spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (26-28 cm)
· Distania cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan (28-30 cm)
· Diastania boudeloque adalah jarak antara tepi atas symphysis sampai ruas lumbal ke 5 (18-20 cm)
· Lingkar panggul adalah dari tepi atas symphisys ke pertengahan SIAS lalu ke proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS dan kembali di tepi atas shymphisis (80-100 cm)
Langganan:
Postingan (Atom)